5 Tren Industri Manufaktur Tahun 2022 yang Wajib Diketahui Agar Tetap Kompetitif
Hallo Pabrikers, dua tahun setelah pecahnya pandemi, pekerjaan dapat terselesaikan jarak jauh, dan semua orang mampu beradaptasi dengan cepat sehingga work from home (WFH) bisa segera diterapkan. Lain halnya dengan industri manufaktur yang hampir tidak mungkin menerapkan WFH sehingga banyak perusahaan yang terpaksa berhenti produksi kecuali untuk membuat produk yang esensial.
Laporan Deloitte tentang prospek industri manufaktur mengatakan bahwa di tahun 2022 industri manufaktur terus mengincar pertumbuhan, membangun kembali bisnisnya dengan cepat meski turbulensi terjadi disana-sini. Mereka menavigasi risiko tinggi sambil memajukan prioritas keberlanjutan.
Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa ada lima tren industri yang bisa membantu industri manufaktur mengubah risiko menjadi peluang tumbuh.
Pertama, tenaga kerja. Ketersediaan tenaga kerja di organisasi berpengaruh terhadap produktivitas dan pertumbuhan. Pada tahun 2021, Deloitte memperkirakan terjadi kekurangan 2,1 juta pekerjaan terampil pada tahun 2030. Untuk menarik dan mempertahankan talent, pemimpin harus menyediakan pelatihan dan menyeimbangkan tujuan untuk retensi, budaya, dan inovasi.
Kedua, supply chain atau rantai pasokan. Tantangan rantai pasokan masih berlangsung, produsen harus menambah biaya dan menguji kemampuan mereka untuk beradaptasi. Tantangan transportasi kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2022. Karena permintaan melebihi penawaran, biaya yang lebih tinggi kemungkinan besar akan dibebankan kepada pelanggan.
Ketiga, adopsi teknologi. Akselerasi dalam adopsi teknologi digital dapat meningkatkan efisiensi operasional. Produsen yang ingin menangkap pertumbuhan dan melindungi profitabilitas jangka panjang harus merangkul kemampuan digital mulai dari fungsi perusahaan hingga lantai pabrik. Pabrik pintar pun kemudian menjadi pilihan investasi bagi banyak produsen untuk mendorong daya saing.
Keempat, keamanan siber. Meningkatnya ancaman siber mendorong pemimpin industri untuk meningkatkan keamanan siber sebagai manajemen risiko yang penting. Produsen tidak hanya membangun pertahanan siber, tetapi juga ketahanan bisnis mereka jika terjadi serangan siber.
Kelima, keberlanjutan lingkungan. Akuntabilitas terhadap lingkungan semakin menjadi fokus. Untuk mengembangkan dan mencapai tujuan net-zero karbon, kini lebih banyak organisasi mendedikasikan atau mendesain ulang peran dan inisiatif keberlanjutan dan mengukur upaya dan hasil konsumsi energi. Pendekatan proaktif akan membantu produsen tetap berada di depan perubahan dan menciptakan keunggulan kompetitif.
Pabrikers, itu tadi lima tren yang sedang dihadapi oleh industri manufaktur menurut riset Deloitte. Perusahaan manufaktur juga masih harus mengantisipasi situasi pandemi dan inflasi tinggi yang bisa menyebabkan perekonomian dunia menjadi tidak stabil. Ini menjadi ujian bagi organisasi dan juga kepemimpinan tertinggi di organisasi untuk mengatasi dan mempertahankan kelangsungan dan pertumbuhan bisnis.