Lowongan Kerja PT Kyosha Indonesia - Sales Staff    I    Lowongan Kerja Sales Staff Pabrik Manufacturing Automotif    I    Lowongan Kerja PT. Agroveta Husada Dharma - Operator Produksi    I    Lowongan Kerja PT. Ilsam Global Indonesia - Marketing Staff    I    Lowongan Kerja PT. Dharma Polimetal Tbk, Cikarang - Operator Forklift / Admin HRD / Admin Produksi & Purchasing    I    Info selengkapnya cek Menu Lowongan Kerja

HSE

5 Kesalahan Dalam K3 Yang Masih Sering Dilakukan Pekerja

upaya perbaikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), baik dari sisi engineering atau teknis untuk mengurangi kecelakaan kerja sudah dilakukan

Agu 23 2021, 05:15

Cikarang,-

Halo Pabrikers, upaya perbaikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), baik dari sisi engineering atau teknis untuk mengurangi kecelakaan kerja sudah dilakukan, namun mengapa angka kecelakaan kerja di perusahaan masih tinggi? Apakah perusahaan Anda mengalami permasalahan serupa?

Menanggapi permasalahan di atas, ahli K3 di Amerika Serikat menyatakan bahwa peran kesalahan manusia atau human error dalam kecelakaan kerja ternyata sangat signifikan. Human error menjadi sebab 80% sampai 90% kecelakaan kerja. Faktor manusia memang memegang peranan penting dalam sistem K3, juga sebaliknya dalam menentukan terjadinya kecelakaan kerja. 

Kecelakaan kerja tidak hanya mengakibatkan cedera pada pekerja, namun juga berdampak pada kerusakan alat bahkan bisa menghilangkan nyawa pekerja. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hal yang lebih besar, yakni kualitas, produksi, dan profitabilitas (kemampuan memperoleh laba atau keuntungan) perusahaan.

Dilansir dari laman www.SafetySign.co.id berikut kesalahan dalam K3 yang sering dilakukan pekerja. 


1. Pekerja memiliki kebiasaan berasumsi atau mengira-ngira

"Kecelakaan tidak akan pernah terjadi pada saya" atau "lingkungan kerja ini sudah aman kok, pasti tidak akan terjadi masalah".

Kebiasaan berasumsi atau terlalu percaya diri (over-confident), mungkin masih sering dilakukan kebanyakan pekerja. Berasumsi atau mengira-ngira bahwa kondisi kerja sudah aman dan tidak akan terjadi masalah, sehingga tidak diharuskan bertindak apapun adalah perilaku yang keliru dan tidak tepat. Menerka-nerka atau merasa diri akan selalu aman saat bekerja hanya akan membuat Anda celaka.

Perilaku pekerja yang suka berasumsi atau mengira-ngira memang disebabkan banyak faktor, di antaranya pengalaman pekerja, pelatihan pekerja, tingkat pendidikan, serta budaya di tempat kerja. Hindari berasumsi atau mengira-ngira, pastikan kondisi lingkungan dan prosedur kerja benar-benar aman dengan rutin memeriksanya. Organisasi dengan budaya K3 yang kuat selalu waspada dan percaya bahwa kondisi yang aman sekalipun dapat bermasalah.   


2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya kepada atasan

Ada saja pekerja yang enggan atau dilema untuk melaporkan setiap kecelakaan kerja yang telah terjadi di perusahaannya. Alhasil, banyak sekali kasus kecelakaan kerja yang tidak muncul ke permukaan dan terbiarkan menjadi rahasia atau tim tersebut. Dilema melaporkan kecelakaan kerja biasanya disebabkan karena masih banyak pekerja yang berasumsi bahwa kecelakaan kerja dapat berpengaruh terhadap performa pada individu yang mengalami insiden tersebut atau pada departemen dari individu tersebut.

Perlu Anda pahami, setiap kecelakaan atau potensi kecelakaan yang muncul, sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja karena bisa menimbulkan masalah yang lebih besar di masa mendatang. Setiap pekerja wajib melaporkan kecelakaan kerja, near miss, atau penyakit akibat kerja (PAK) kepada atasannya. Dengan begitu, atasan Anda bersama tim akan melakukan investigasi dan melakukan perbaikan agar kecelakaan kerja serupa tidak terulang kembali. Tindakan pencegahan inilah yang diperlukan untuk meminimalkan angka kecelakaan kerja. 


3. Menggunakan peralatan kerja yang salah dan/atau cara penggunaannya yang keliru

Kesalahan ini juga termasuk sering terjadi di tempat kerja. Baik pekerja lama atau baru suka menggunakan peralatan kerja yang tidak tepat sesuai peruntukan pekerjaannya atau menggunakan peralatan kerja yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru. Akibatnya, kecelakaan yang tidak terduga-duga atau kerusakan dan cacat pada pekerja, hasil pekerjaan, atau kerusakan pada alat tersebut sangat mungkin terjadi. Kebiasaan ini biasanya disebabkan kurangnya pengetahuan pekerja, pengalaman pekerja, dan kurangnya pengawasan.

Maka dari itu, pastikan perusahaan melakukan pengawasan agar peralatan kerja yang dipakai sesuai dengan jenis pekerjaan, peralatan terawat dengan baik, dan pastikan pekerja yang menggunakan peralatan itu juga terlatih. Pemilihan peralatan kerja yang tepat sangat penting untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal. Biasakan menggunakan peralatan yang sesuai dengan ukuran dan fungsinya. Jika sudah menggunakan peralatan kerja, pastikan Anda menyimpannya ke tempat semula agar tidak membahayakan pekerja lain.


4. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja

Mungkin safety officer di tempat kerja Anda sering mendapati para pekerjanya tidak menggunakan APD saat melakukan suatu pekerjaan. Entah tidak menggunakan safety helmet, tidak menggunakan alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian atau tidak menggunakan pelindung mata dan wajah saat melakukan pekerjaan las. Banyak alasan yang melatarbelakangi pekerja enggan menggunakan APD, diantaranya:


- APD yang digunakan tidak cocok atau tidak nyaman saat dipakai

- Ketidaktahuan pekerja harus memakai APD

- Tidak memiliki waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya menghabiskan waktu dan merepotkan

- Pekerja sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak akan celaka

- Lupa kalau harus memakai APD

 

Peran safety officer atau pengawas sangat penting untuk mengatasi permasalahan ini. Di samping itu, pihak perusahaan juga harus menyediakan APD yang nyaman dan cocok untuk pekerja, memberikan pelatihan pemilihan dan penggunaan APD, memasang rambu K3 APD di area kerja, serta melakukan pengawasan dan berani menegur pekerja yang lalai menggunakan APD.


5. Terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan

Efisiensi dan efektivitas terkadang dijadikan alasan pekerja untuk melakukan pekerjaannya dengan terburu-buru. Padahal hal ini bisa membuat pekerja tersebut melakukan kesalahan yang nantinya akan membahayakan dirinya sendiri. Terlebih jika pekerjaan itu memerlukan konsentrasi tinggi, bekerja dengan terburu-buru hanya akan mengurangi konsentrasi pekerja dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Melakukan shortcut tanpa mempertimbangkan faktor keselamatan juga bisa meningkatkan terjadinya kecelakaan.

Lakukan pekerjaan sesuai prosedur dan hindari mengambil jalan pintas (shortcut). Jika Anda memang diharuskan melaksanakan pekerjaan dengan cepat, pastikan Anda juga mempertimbangkan faktor keselamatannya juga dan mengikuti prosedur bekerja aman yang sudah diterapkan.

Itulah lima kesalahan dalam K3 yang masih sering dilakukan pekerja. (*)

Berita Terkait

No Posts Found